Kinayah : Foto bersama poster Chicha Koeswoyo

Semarang, awal tahun 80an


Suatu hari ketika Kinay sedang bermain bersama adik dan teman-temannya, tiba-tiba ibu memanggil. Kinay dan Deni adiknya segera pulang, menemui ibu.

" Ayo ganti baju " kata ibu begitu Kinay dan adiknya  mendekat.
" Mau kemana bu? "
" Foto, tuh Pak Yon sudah datang"

Mata Kinay melotot lebar seakan bola di dalamnya mau melompat keluar.

"Haa? Foto? Beneran, Bu? " seakan tak percaya ia menegaskan bahwa yang barusan ibu katakan adalah benar.

" Iya, ayo cepat ganti baju. Kasihan Pak Yon menunggu lama di luar ".

Kinay tidak langsung menuju almari untuk mengambil baju biru kesayangannya melainkan menyempatkan diri untuk melongok keluar rumah mengintip keberadaan bapak tukang foto itu.

Benar, bapak tukang foto keliling yang secara periodik selalu lewat disekitar tempat tinggal Kinay, sedang berdiri tidak jauh dari rumahnya. Kinay tidak tahu siapan namanya, tetapi orang-orang memanggil Pak Yon. Sepeda pak Yon tampak tersandar di tembok rumah tetangganya. Bapak setengah baya itu apapbila lewat selalu menawarkan jasa foto kepada orang-orang yang tinggal di komplek rumah sewa ini. 

Sering juga tetangga-tetangga Kinay menggunakan jasa Pak Yon. Bahkan hampir semua penghuni rumah sewa disini pernah difoto olehnyaSebelumnya Kinay dan adiknya pernah juga  foto tapi itu sudah lama sekali, hampir satu tahun yang lalu.

Dan hari ini ketika ibu mengajak Kinay berfoto, seperti mimpi yang jadi nyata. Selama ini Kinay hanya bisa melihat saja ketika ada temannya yang difoto. Sebenarnya Kinay ingin juga tetapi kalau ibu diam saja berarti tidak bisa. 

Kadang apabila Pak Yon dipanggil oleh salah satu tetangganya, Kinay berharap ibu juga akan memanggil. Tetapi harapan tinggal harapan yang jauh dari kenyataan. Kinay tidak boleh meminta dan harus bersabar dengan terus berdoa supaya suatu hari Allah akan memberi ibu rejeki. Dan alhamdulillah hari ini keinginan Kinay bisa menjadi nyata, tentu saja Kinay gembira.

Setelah Kinay dan Deni berganti baju mereka segera keluar diikuti ibu. Selain berganti baju mereka juga memakai sepatu sekolah. Begitu melihat mereka Pak Yon pun langsung menyiapkan kamera.

" Di mana, Bu? " Tanya Kinay kepada Ibu.
" Di sini saja " ibu menunjuk sebuah pohon yang tumbuh dihalaman rumah tetangga, pohon itu sedang berbunga merah.

Kinay dan Deni segera berdiri di depan pohon yang dimaksud ibu. Pak Yonpun memberi pengarahan kepada mereka untuk begini begitu supaya hasil fotonya nanti bermutu.

" Agak mendekat dek, jangan terlalu jauh. Wajahnya diangkat ya matanya melihat kamera " Pak Yon meminta supaya Kinay bedirinya lebih dekat ke Deni dan mengangkat wajahnya yang tampak menunduk.

Kinaypun menggeser posisinya lebih dekat kepada adiknya. Tapi wajahnya tetap menunduk seperti semula.

Sekali lagi Pak Yon memberi instruksi kepada Kinay supaya wajahnya melihat kearah kamera. Tetapi lagi-lagi Kinay tetap menundukkan wajahnya.

Karena disekitar sana sudah banyak teman yang berkerumun menonton Kinay dan ada beberapa teman yang tertawa cekikikan dan menggoda, sehingga Kinay tetap saja menunduk sambil menahan tawa karena ulah teman-temannya.

Sampai ibu ikut-ikutan menyuruh Kinay untuk mengangkat muka, dan Pak Yon juga terus merayu supaya Kinay melihat kamera, namun usaha mereka tidak membuahkan hasil.

Kinay tetap saja menunduk. Akhirnya karena terlalu lama, maka kamerapun terpaksa dijepretkan dengan wajah Kinay yang menghadap ke bawah.
Ya sudahlah. Itu jepretan pertama.

Untuk foto kedua Kinay minta difoto di dalam rumah saja. Teman-teman Kinay sebenarnya ingin melihat juga tetapi ibu segera menyuruh mereka untuk bermain diluar. 

Kebetulan ada sebuah poster yang tergantung di dinding bergambar bintang cilik yang sangat terkenal, yaitu Chicha Koeswoyo.

Poster itu berukuran lumayan besar. Bapak Kinay yang membawa poster itu kemudian ditempel di ruang depan. Kinay sangat menyukai sosok Chicha karena lagu-lagunya sangat bagus. Hampir semua teman-temannya juga mengidolakan bintang cantik ini.

" Foto bersama Chica ya, Bu " pinta Kinay kepada ibu sambil menunjuk poster itu.

Masalahnya poster itu terletak terlalu tinggi dan tidak bisa sejajar sehingga tidak akan terlihat apabila Kinay dan Deni berdiri begitu saja.

Untunglah ibu mendapat ide. Ada sebuah meja kayu bundar berwarna hitam yang terletak disudut ruang. Meja bundar yang biasanya untuk meletakkan segala benda diatasnya. Ibu segera membersihkan benda-benda yang ada kemudian meja itu digeser persis dibawah poster Chicha.

Kemudian Kinay dan Deni diminta naik ke atas meja. Karena hanya dengan begitu posisi mereka bisa sejajar dengan poster Chicha. Tadinya Kinay sempat ragu tetapi setelah dijelaskan oleh ibu barulah Kinay mau naik ke atas meja dikuti Deni. Pas betul. 

Chicha; sumber Google

Dengan menaiki meja itu poster Chicha yang ada di belakang mereka bisa sejajar dan kelihatan jelas.

Tetapi Kinay kelihatan gelisah sambil terus mengamati meja kayu hitam yang sedang diinjaknya.

" Ada apa Nay? " tanya ibu, seolah memahami perasaan Kinay.

" Nanti kalau difoto mejanya kelihatan nggak? " Tanya Kinay gelisah.

" Tidak, tidak kelihatan " jawab ibu.

" Jangan kelihatan ya pak mejanya " kali ini Kinay menoleh ke Pak Yon.
Pak Yon hanya tersenyum dan mengangguk.

Kemudian pak Yon kembali memberi aba-aba dan mengarahkan mereka. Kinay tampak bertolak pinggang pada tangan kanannya dan tersenyum manis kearah kamera. Sementara Deni berdiri saja disamping kakaknya. Bagus, pak Yon tersenyum puas setelah jepretan terakhir ini. Iya terakhir karena ibu hanya memberikan dua kali pemotretan.

Setelah pemotretan selesai, pak Yon segera membereskan kameranya dan memasakukkan ke dalam tas hitam besar yang selalu dibawa. Pak Yon akan kembali lagi setelah dua foto tadi jadi, mungkin beberapa hari ke depan. Ah, pasti Kinay akan deg-degan menunggu hari itu datang. Dia pasti tak sabar menanti dan menerka-nerka seperti apa nanti fotonya.

Beberapa hari kemudian hari yang dinanti Kinay tiba. Pak Yon datang lagi untuk menyerahkan dua lembar hasil foto kemarin. Kinay dan Deni senang sekali dan berebut untuk melihat foto-foto itu. Mata Kinay bersinar ketika pertama kali melihatnya.

Ketika melihat hasil foto yang diluar rumah, dia cekikikan geli karena hasilnya tentu saja wajahnya menunduk sambil menahan tawa. Dan ketika melihat foto bersama poster Chicha, semula Kinay tersenyum puas tetapi kemudian cemberut. Ternyata meja hitam itu tetap kelihatan. Jadi foto itu kelihatan sekali kalau diambil di atas meja.

" Lho, kok mejanya kelihatan sih Bu, katanya nggak kelihatan? " kata Kinay agak kecewa

" Tidak apa-apa kan hanya sedikit saja " ibu berusaha menghibur Kinay.

" Tapi tetap jelek bu, kalau teman-teman tahu pasti mereka akan tertawa. Aku malu "

" Ya gimana lagi? Katanya kemarin mau foto bersama Chicha, kan Chichanya di atas jadi harus naik meja. Ibu nggak bisa memindah gambar itu ke bawah, yang bisa hanya bapak sedangkan kemarin bapak kan masih kerja? Ya sudahlah, kalau kamu malu dilihat teman-teman nggak usah ditunjukkan kepada mereka "

" Kalau mereka tanya gimana bu? Mereka kan tahu aku kemarin foto? "

" Jawab saja belum jadi. Nanti lama-lama temanmu pasti akan lupa dan tidak menanyakannya lagi "

Kinay diam saja, sementara kedua foto itu masih ditangannya. Masih dilihatnya. Padahal dia ingin sekali memamerka kepada teman-teman bahwa dia punya foto juga seperti mereka. Apalagi foto yang ini bersama poster Chicha, penyanyi kesayangannya. Tetapi Kinay malu akan memperlihatkan kepada teman-teman karena meja hitam itu kelihatan. Pasti mereka akan menertawakan.

Akhirnya Kinay bangkit dari tempat duduknya dan mendekati ibu yang sedang memasak.

" Bu, nanti kalau ibu sudah punya uang lagi aku mau foto lagi bersama gambar Chicha ya. Tapi sebelumnya bapak diminta menurunkan Chicha dulu supaya nanti nggak usah naik meja "

" Iya nanti kapan-kapan kita panggil pak Yon lagi "

Kinay mendekati almari dan menyimpan foto barunya kebawah tumpukan baju-bajunya. Dia memutuskan untuk tidak memperlihatkan kepada teman-teman. Kinay percaya suatu hari nanti ibu pasti akan memanggil pak Yon lagi, dan saat itu bapak akan menurunkan gambar Chicha.

Tiba-tiba ada suara-suara dari luar rumah yang memanggil Kinay. Itu beberapa teman Kinay yang sudah tahu bahwa baru saja pak Yon datang. Mereka ingin sekali melihat foto Kinay kemarin.

" Nay, mana fotomu. Aku mau lihat "

" Aku juga. Katamu kemarin foto bersama Chicha ya? "

" Ayo dong Nay, kemarin aku kan sudah nunjukin fotoku sekarang gantian kamu "

Melihat teman-temannya bersemangat, Kinaypun ikut bersemangat. Segera diambilnya foto itu dari tumpukan baju-baju dan segera dibawa keluar.

" Lihat nih, baguskan? Ada gambar Chicha disini "

" Iya ya, ada Chicha. Hey, kamu naik di atas meja ya? Hahaha "

" Biarin, habis gambar Chichanya di atas jadi harus naik meja dong "

" Yang diluar ini kenapa kamu menunduk? Pasti karena kami ganggu ya? Hahaha "

" Iya kalian payah semua "

Akhirnya Kinay menunjukkan foto-foto itu kepada teman-teman. Ternyata tidak ada yang bisa menghalangi kebahagiaannya setelah berfoto bersama poster Chicha, apalagi penghalang itu hanya sebuah meja kayu berwarna hitam dan berbentuk bundar.


baca juga : sepotong kue ulang tahun buat Kinay



Postingan populer dari blog ini

Minum Langsung Dari Gelasnya

Kinayah : keriting di salon!

Kinayah : Kartinian