Minum Langsung Dari Gelasnya

Anisa sampai di kantin duluan dan mengambil tempat duduk di pojokan, lokasi favoritnya. Dini, yang biasanya menemaninya makan siang di kantin, belum kelihatan. Tadi memang Dini sudah memberitahu akan datang terlambat karena masih ada keperluan dengan teman-temannya.

Di tengah keramaian kantin pada jam makan siang, tanpa sengaja Anisa melihat ada seorang cowok yang membuang sampah sembarangan. Dan seperti biasa, Anisa langsung berdiri mendekat dan menegur temannya tersebut.

"Her, maaf ya, tapi kalau buang sampah jangan sembarang dong."

Foto: Pixabay.com
"Sembarangan gimana? Itu kan sudah masuk tong sampah?"

"Iya, tapi salah tempat. Yang kamu buang tadi sampah non organik tapi kamu masukkan ke tong sampah organik. Lihat dong, di sini jelas tertulis kan ini sampah organik?"

"Ampun deh kamu, gini aja dipermasalahkan?"

"Ya jelas masalah dong, kalau nggak masalah nggak perlu ada perbedaan tempat sampah organik dan non organik. Dari jenisnya aja sudah berlainan."

"Iya deh, ini aku ambil lagi," Herman langsung mengambil bekas minuman kemasan dan memasukkannya ke tong sampah yang bertuliskan non organik, "Sudah kan?"

"Terima kasih ya, lain kali jangan salah lagi."

Herman pun segera meninggalkan tempat tersebut, yang ternyata sudah menjadi perhatian pengunjung kantin lainnya. Ada beberapa yang setuju dengan perkataan Anisa, namun ada juga yang tidak berkomentar, hanya melihat saja peristiwa itu.

"Ada apa, Nis? Tampaknya serius sekali?" Dini sudah berada di samping Anisa.

Mereka mengambil tempat duduk dan mulai memesan makanan dan minuman.

"Herman payah tuh, masak membuang sampah bekas minuman kemasan di tong sampah organik, ya langsung aku tegur dong."

"Oh gitu ya. Tapi kamu tahu nggak Nis, masih banyak masyarakat kita yang belum bisa atau tidak peduli mengenai pembedaan jenis sampah ini. Kebanyakan mereka membuang sampah asal masuk tong, tanpa melihat dan memisahkan jenisnya. Padahal di situ jelas ada 2 buah tong sampah yang ada tulisan besar dengan  warna berbeda juga."

"Iya, Din. Tapi kalau mau dibahas soal sampah ini ya, yang paling keterlaluan itu membuang sampah tidak pada tempatnya alias sembarangan. Jangankan berpikir tentang jenisnya, punya tempat sampah aja enggak. Akhirnya dibuang di sungai atau di pekarangan kosong, sehingga menimbulkan tumpukan sampah baru. Dan yang paling kejam, ada yang membuang di laut"

"Duh, ngeri ya. Mereka nggak sadar betapa hal tersebut sangat berbahaya bagi kelangsungan bumi ini, bagi mereka sendiri dan terutama bagi generasi penerus kita."

"Betul. Mulai sekarang sudah harus ada edukasi besar-besaran tentang bahaya membuang sampah sembarangan ya. Kalau bisa sih meminimalkan seminim mungkin sampah-sampah ini. Tapi paling tidak kita harus sadar bahwa sampah itu tidak bisa diperlakukan sama. Kalau sampah organik sih nggak masalah karena akan terurai dengan cepat. Nah yang perlu diperhatikan adalah sampah non organik, karena sampah jenis ini sangat susah terurai kembali. Ada yang beberapa bulan baru bisa terurai, tapi ada juga yang sampai ratusan tahun baru bisa terurai. Ngeri kan?"

"Iya, makanya sampah non organik harus dipisahkan supaya bisa dikelompokkan dan didaur ulang, karena waktu untuk menguraikannya sangat lama. Dan diantara jenis sampah non organik, bahan plastik nih yang sangat banyak karena lebih sering bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari kita."

"Karena bahan plastik itu ringan, bisa dipakai untuk keperluan rumah tangga dan harganya murah. Makanya masyarakat lebih suka membeli peralatan atau perabotan yang terbuat dari plastik. Belum lagi tas kresek belanjaan yang setelah dipakai langsung dibuang. Hitung saja, kira-kira dalam sehari ada berapa kresek bekas belanja yang terbuang percuma tanpa bisa diurai dengan cepat?"

"Iya, kita sudah harus mencari pengganti fungsi plastik dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan, yang jika menjadi sampah bisa terurai lebih cepat. Kamu sendiri, gimana Din. Apa yang telah kamu lakukan untuk mengurangi sampah plastik ini?"

"Belum banyak sih, Nis. Kalau ibuku sudah mulai menolak tas kresek saat belanja di pasar swalayan atau pasar tradisional. Ibu selalu membawa kantong belanja sendiri yang terbuat dari kain. Bisa dipakai ulang dan lebih awet. Kalau aku sendiri, ini nih kemarin baru beli," Dini mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.

"Apa itu?"

"Sedotan stainless. Ini salah satu upaya untuk mengurangi sampah plastik juga kan. Kalau kamu mau, nanti aku pesankan juga."

"Mau dong. Wah iya, bagus ini. Jadi kita nggak perlu lagi minum es teh dengan nyeruput dari gelasnya langsung ya, kan sudah ada pengganti sedotan plastik?"

"Betul, Nis. Jika kemarin-kemarin kita nyeruput es teh dari gelasnya langsung karena nggak mau memakai sedotan plastik, sekarang kita bisa minum es teh dengan sedotan lagi. Ini aman, awet dan ramah lingkungan."

"Iya, ini keren banget loh, Din. Meskipun mengganti sedotan stainless ini tampaknya sepele, tapi jika dilakukan oleh masyarakat secara luas, dampaknya lumayan buat mengurangi sampah plastik. Yah, memang sih kita nggak mungkin menghilangkan ketergantungan kita terhadap bahan plastik secara keseluruhan, tapi paling nggak ikut ngurangin lah. Iya kan?"

"Justru yang lebih penting adalah bagaimana kita memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pengolahan sampah, masyarakat harus tahu mana sampah yang masih bisa didaur ulang dan mana yang nggak. Bukannya dicampur kemudian dibuang begitu saja. Sebaiknya yang non organik dan bisa didaur ulang disendirikan supaya diambil pemulung dan dijual untuk didaur ulang. Disamping juga harus mencari alternatif pengganti benda-benda plastik supaya kita tidak terus-terusan bergantung pada plastik."

"Tapi kebayang nggak sih, jika mengganti barang plastik itu lebih mahal dan ribet? Karena benda dari plastik itu kan terkenal murah dan mudah mendapatkannya? Sementara jika membeli perabotan dari non plastik itu lebih mahal loh. Contohnya kursi, yang dari plastik pasti lebih murah berlipat-lipat daripada kursi kayu."

"Iya sih, tapi kembali lagi kepada niat kan. Jika kita bisa menerima hidup lebih sederhana sekaligus menjaga kelestarian alam, bisa kok. Misalnya jika uang kita nggak cukup untuk beli kursi kayu, ya beli saja anyaman tikar bambu. Kita lesehan di lantai, justru lebih akrab dan dekat. Kamu tahu mengapa resto dengan konsep lesehan itu selalu ramai pengunjung? Karena kita tidak pernah melakukannya di rumah. Coba kita makan lesehan di rumah bersama keluarga, gratis!"

"Benar, Din. Tetapi apakah setiap orang akan dengan mudah menerima hal ini? Sepertinya sulit, ya?"

"Sulit belum tentu tidak mungkin kan? Yang terpenting kita harus peduli terhadap pengolahan sampah dan mengurangi ketergantungan plastik,  dimulai dari diri kita sendiri. Kita edukasi keluarga kita terlebih dahulu, kemudian teman-teman dekat dan tetangga. Contohnya seperti ketika kamu menegur Herman tadi, itu salah satu cara agar orang-orang tahu kegunaan dari tempat sampah yang dibedakan."

"Iya kamu benar juga, Din. Mungkin saat ini hanya beberapa orang saja yang mengerti tentang hal ini, namun jika kita terus memberikan informasi dengan jujur dengan data dan kenyataan sebenarnya, pasti orang-orang lambat laun akan sadar dan mulai peduli terhadap pengolahan sampah dan mulai mengurangi ketergantungan kepada plastik. Baiklah, makanan dan minuman kita sudah datang, jadi sebaiknya kita makan dulu ya. Oh ya, jadi hari ini kamu sudah bisa minum menggunakan sedotan stainless baru, sementar aku belum punya."

"Ha ha, kalau belum punya silahkan minum dari gelasnya langsung ya, Nis."

********

 
 

Komentar

  1. Plastik, jadi momok menakutkan buat masa depan bumi ya, juga bagi para penghuninya. Dari cerita di atas jadi sadar betapa ketergantungannya manusia sama benda plastik dan kebiasaan mengabaikan kebersihan lingkungan.
    Mulai sekarang pun saya juga harus mulai mengurangi sampah plastik nih...
    Biar bisa bantu anisa dan dini he...he...

    BalasHapus
  2. Dua sahabat yang obrolannya mutu banget... btw, aku juga kayak nisa, blm punya sedotan stainless. Kebanyakan aku mmng lngsung dr gelas mb klo minum...berasan lebih puas "glek" nya.. klo pke sedotan kan lbh dikit...berasa.kerongkongannya ga basah beneran

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum .. waah sepertinya rumah baru ini .. makin mantab deh, nuansa semburat biru. Jadi pengin punya sedotan stainless ... hihihi .. lagi trend yah.

    BalasHapus
  4. Diteguk atau ditenggak langsung emnag lebih nyegerin ya mbak wkkwkw

    BalasHapus
  5. Banyak orang yang masih kurang peduli dg persoalan lingkungan ini

    BalasHapus
  6. jadi kepengen beli sedotan stainless deh, soalnya emang keseharianku agak lebih sering membutuhkan sedotan, abisnya kalau minum dari minuman kaleng males kalau di teguk gitu karena takut ke gores bibirnya. wkwkwkwk

    BalasHapus
  7. Membuang sampah yang bukan pada tempatnya memang mempunyai resiko yang besar ya pada akhirnya nanti

    BalasHapus
  8. Anak2ku juga udah mulai kuajarin lo, minum langsung aja sihh dr gelas ngapa pakai sedotan segala 😁😁

    BalasHapus
  9. Asal jangan dminum sebotolnya atau sekalengnya ajah ya kak jehehe

    BalasHapus
  10. Cerita yang menarik sekaligus mengkisahkan tentang kebersihan lingkungan dalam memerangi sampah plastik..

    Jadi intinya bukan plastiknya yang harus dimusnahkan sebenarnya..Tapi ulah manusianya yang jorok yang membuang sampah bukan pada tempatnya..

    Karena kebutuhan plastik akan terus meningkat sampai kapanpun..Intinya kembali kediri kita masing2 untuk tidak membuang sampah sembarangan serta pencemaran tanah..😄😄

    BalasHapus
  11. Cerita yang menginspirasi.

    Miris kalau lihat pemandangan dipenuhi banyaknya limbah plastik dimana-mana.
    Padahal kita semua tau, plastik membutuhkan puluhan tahun sampai bisa terurai ditanah.

    BalasHapus
  12. makasih kak informasinya...
    mampir ke blog ana juga yaa

    BalasHapus
  13. Waw, mengemas pelajaran penting dengan sebuah cerita. Menarik banget. Sedari kecil aku udah dibiasakan untuk buang sampah pada tempatnya dan juga udah diajarkanuntuk bisa membedakan mana sampah yg bisa diolah kembali dan mana yg tidak. Yah papa cukup ketat soal pengelolaan sampah ini. Dan lebih memudahkan bagi bapak2 / ibu2 yg jemput sampah di rumah juga kan.

    Dan selain itu kalo belanja aku juga bawa tas sendiri jadi gak pake bungkus dari toko2. Ke mall pun saat midnight sale aku bawa tas belanja sendiri. Sebenernya bukan tas belanja sih, itu tasnya ibox yg besar itu tak pake utk jadi tas belanja :D Masih kurang banget mbak di jaman sekarang ini yg mau menyadari dan mau inisiatif utk tidak menggunakan tas plastik dari toko dengan alasan lupa. Padahal itu merupakan hal yg cukup mudah, ya tinggal dilipat dan disimpan di tas aja. Kan jadi gak ada alasan lupa lagi. Toko2 pun banyak yg masih menggunakan tas plastik.. dengan alasan, ngabisin stok tas plastik di tempat mereka supaya gak sia-sia.. kan udah bikin. Haha. Ya gimana tuh kalo udah gitu.. mereka juga gak mau rugi 😄

    BalasHapus
  14. Yes, mending minum langsung dari gelasnya sih daripada pake sedotan plastik :') #ketemplak

    BalasHapus
  15. Aku juga lebih sreg negul.langsing daripada pakai sedotan, kak.
    Terkecuali 'kepepet 'keadaan seperti sedang berada di kafe.

    BalasHapus
  16. saya sendiri masih kewalahan mendisiplinkan anak di Sekolah, agar membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Padahal sudah ada tulisannya, tapi ya namanya anak.. sebagai guru harus tetap memberi nasihat baik buat anak didik kita

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kinayah : keriting di salon!

Kinayah : Kartinian