Minum Langsung Dari Gelasnya
Anisa
sampai di kantin duluan dan mengambil tempat duduk di pojokan, lokasi
favoritnya. Dini, yang biasanya menemaninya makan siang di kantin, belum
kelihatan. Tadi memang Dini sudah memberitahu akan datang terlambat
karena masih ada keperluan dengan teman-temannya.
Di
tengah keramaian kantin pada jam makan siang, tanpa sengaja Anisa
melihat ada seorang cowok yang membuang sampah sembarangan. Dan seperti
biasa, Anisa langsung berdiri mendekat dan menegur temannya tersebut.
"Sembarangan gimana? Itu kan sudah masuk tong sampah?"
"Iya,
tapi salah tempat. Yang kamu buang tadi sampah non organik tapi kamu
masukkan ke tong sampah organik. Lihat dong, di sini jelas tertulis kan
ini sampah organik?"
"Ampun deh kamu, gini aja dipermasalahkan?"
"Ya
jelas masalah dong, kalau nggak masalah nggak perlu ada perbedaan
tempat sampah organik dan non organik. Dari jenisnya aja sudah
berlainan."
"Iya
deh, ini aku ambil lagi," Herman langsung mengambil bekas minuman
kemasan dan memasukkannya ke tong sampah yang bertuliskan non organik,
"Sudah kan?"
"Terima kasih ya, lain kali jangan salah lagi."
Herman
pun segera meninggalkan tempat tersebut, yang ternyata sudah menjadi
perhatian pengunjung kantin lainnya. Ada beberapa yang setuju dengan
perkataan Anisa, namun ada juga yang tidak berkomentar, hanya melihat
saja peristiwa itu.
"Ada apa, Nis? Tampaknya serius sekali?" Dini sudah berada di samping Anisa.
Mereka mengambil tempat duduk dan mulai memesan makanan dan minuman.
"Herman payah tuh, masak membuang sampah bekas minuman kemasan di tong sampah organik, ya langsung aku tegur dong."
"Oh
gitu ya. Tapi kamu tahu nggak Nis, masih banyak masyarakat kita yang
belum bisa atau tidak peduli mengenai pembedaan jenis sampah ini.
Kebanyakan mereka membuang sampah asal masuk tong, tanpa melihat dan
memisahkan jenisnya. Padahal di situ jelas ada 2 buah tong sampah yang
ada tulisan besar dengan warna berbeda juga."
"Iya,
Din. Tapi kalau mau dibahas soal sampah ini ya, yang paling keterlaluan
itu membuang sampah tidak pada tempatnya alias sembarangan. Jangankan
berpikir tentang jenisnya, punya tempat sampah aja enggak. Akhirnya
dibuang di sungai atau di pekarangan kosong, sehingga menimbulkan
tumpukan sampah baru. Dan yang paling kejam, ada yang membuang di laut"
"Duh,
ngeri ya. Mereka nggak sadar betapa hal tersebut sangat berbahaya bagi
kelangsungan bumi ini, bagi mereka sendiri dan terutama bagi generasi
penerus kita."
"Betul.
Mulai sekarang sudah harus ada edukasi besar-besaran tentang bahaya
membuang sampah sembarangan ya. Kalau bisa sih meminimalkan seminim
mungkin sampah-sampah ini. Tapi paling tidak kita harus sadar bahwa
sampah itu tidak bisa diperlakukan sama. Kalau sampah organik sih nggak
masalah karena akan terurai dengan cepat. Nah yang perlu diperhatikan
adalah sampah non organik, karena sampah jenis ini sangat susah terurai
kembali. Ada yang beberapa bulan baru bisa terurai, tapi ada juga yang
sampai ratusan tahun baru bisa terurai. Ngeri kan?"
"Iya,
makanya sampah non organik harus dipisahkan supaya bisa dikelompokkan
dan didaur ulang, karena waktu untuk menguraikannya sangat lama. Dan
diantara jenis sampah non organik, bahan plastik nih yang sangat banyak
karena lebih sering bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari kita."
"Karena
bahan plastik itu ringan, bisa dipakai untuk keperluan rumah tangga dan
harganya murah. Makanya masyarakat lebih suka membeli peralatan atau
perabotan yang terbuat dari plastik. Belum lagi tas kresek belanjaan
yang setelah dipakai langsung dibuang. Hitung saja, kira-kira dalam
sehari ada berapa kresek bekas belanja yang terbuang percuma tanpa bisa
diurai dengan cepat?"
"Iya,
kita sudah harus mencari pengganti fungsi plastik dengan bahan lain
yang lebih ramah lingkungan, yang jika menjadi sampah bisa terurai lebih
cepat. Kamu sendiri, gimana Din. Apa yang telah kamu lakukan untuk
mengurangi sampah plastik ini?"
"Belum
banyak sih, Nis. Kalau ibuku sudah mulai menolak tas kresek saat
belanja di pasar swalayan atau pasar tradisional. Ibu selalu membawa
kantong belanja sendiri yang terbuat dari kain. Bisa dipakai ulang dan
lebih awet. Kalau aku sendiri, ini nih kemarin baru beli," Dini
mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.
"Apa itu?"
"Sedotan stainless. Ini salah satu upaya untuk mengurangi sampah plastik juga kan. Kalau kamu mau, nanti aku pesankan juga."
"Mau
dong. Wah iya, bagus ini. Jadi kita nggak perlu lagi minum es teh
dengan nyeruput dari gelasnya langsung ya, kan sudah ada pengganti
sedotan plastik?"
"Betul,
Nis. Jika kemarin-kemarin kita nyeruput es teh dari gelasnya langsung
karena nggak mau memakai sedotan plastik, sekarang kita bisa minum es
teh dengan sedotan lagi. Ini aman, awet dan ramah lingkungan."
"Iya,
ini keren banget loh, Din. Meskipun mengganti sedotan stainless ini
tampaknya sepele, tapi jika dilakukan oleh masyarakat secara luas,
dampaknya lumayan buat mengurangi sampah plastik. Yah, memang sih kita
nggak mungkin menghilangkan ketergantungan kita terhadap bahan plastik
secara keseluruhan, tapi paling nggak ikut ngurangin lah. Iya kan?"
"Justru
yang lebih penting adalah bagaimana kita memberikan pengertian kepada
masyarakat tentang pengolahan sampah, masyarakat harus tahu mana sampah
yang masih bisa didaur ulang dan mana yang nggak. Bukannya dicampur
kemudian dibuang begitu saja. Sebaiknya yang non organik dan bisa didaur
ulang disendirikan supaya diambil pemulung dan dijual untuk didaur
ulang. Disamping juga harus mencari alternatif pengganti benda-benda
plastik supaya kita tidak terus-terusan bergantung pada plastik."
"Tapi
kebayang nggak sih, jika mengganti barang plastik itu lebih mahal dan
ribet? Karena benda dari plastik itu kan terkenal murah dan mudah
mendapatkannya? Sementara jika membeli perabotan dari non plastik itu
lebih mahal loh. Contohnya kursi, yang dari plastik pasti lebih murah
berlipat-lipat daripada kursi kayu."
"Iya sih, tapi
kembali lagi kepada niat kan. Jika kita bisa menerima hidup lebih
sederhana sekaligus menjaga kelestarian alam, bisa kok. Misalnya jika
uang kita nggak cukup untuk beli kursi kayu, ya beli saja anyaman tikar
bambu. Kita lesehan di lantai, justru lebih akrab dan dekat. Kamu tahu
mengapa resto dengan konsep lesehan itu selalu ramai pengunjung? Karena
kita tidak pernah melakukannya di rumah. Coba kita makan lesehan di
rumah bersama keluarga, gratis!"
"Benar, Din. Tetapi apakah setiap orang akan dengan mudah menerima hal ini? Sepertinya sulit, ya?"
"Sulit
belum tentu tidak mungkin kan? Yang terpenting kita harus peduli
terhadap pengolahan sampah dan mengurangi ketergantungan plastik,
dimulai dari diri kita sendiri. Kita edukasi keluarga kita terlebih
dahulu, kemudian teman-teman dekat dan tetangga. Contohnya seperti
ketika kamu menegur Herman tadi, itu salah satu cara agar orang-orang
tahu kegunaan dari tempat sampah yang dibedakan."
"Iya
kamu benar juga, Din. Mungkin saat ini hanya beberapa orang saja yang
mengerti tentang hal ini, namun jika kita terus memberikan informasi
dengan jujur dengan data dan kenyataan sebenarnya, pasti orang-orang
lambat laun akan sadar dan mulai peduli terhadap pengolahan sampah dan
mulai mengurangi ketergantungan kepada plastik. Baiklah, makanan dan
minuman kita sudah datang, jadi sebaiknya kita makan dulu ya. Oh ya,
jadi hari ini kamu sudah bisa minum menggunakan sedotan stainless baru,
sementar aku belum punya."
"Ha ha, kalau belum punya silahkan minum dari gelasnya langsung ya, Nis."
********
Plastik, jadi momok menakutkan buat masa depan bumi ya, juga bagi para penghuninya. Dari cerita di atas jadi sadar betapa ketergantungannya manusia sama benda plastik dan kebiasaan mengabaikan kebersihan lingkungan.
BalasHapusMulai sekarang pun saya juga harus mulai mengurangi sampah plastik nih...
Biar bisa bantu anisa dan dini he...he...
Dua sahabat yang obrolannya mutu banget... btw, aku juga kayak nisa, blm punya sedotan stainless. Kebanyakan aku mmng lngsung dr gelas mb klo minum...berasan lebih puas "glek" nya.. klo pke sedotan kan lbh dikit...berasa.kerongkongannya ga basah beneran
BalasHapusAssalamualaikum .. waah sepertinya rumah baru ini .. makin mantab deh, nuansa semburat biru. Jadi pengin punya sedotan stainless ... hihihi .. lagi trend yah.
BalasHapusDiteguk atau ditenggak langsung emnag lebih nyegerin ya mbak wkkwkw
BalasHapusBanyak orang yang masih kurang peduli dg persoalan lingkungan ini
BalasHapusjadi kepengen beli sedotan stainless deh, soalnya emang keseharianku agak lebih sering membutuhkan sedotan, abisnya kalau minum dari minuman kaleng males kalau di teguk gitu karena takut ke gores bibirnya. wkwkwkwk
BalasHapusMembuang sampah yang bukan pada tempatnya memang mempunyai resiko yang besar ya pada akhirnya nanti
BalasHapusAnak2ku juga udah mulai kuajarin lo, minum langsung aja sihh dr gelas ngapa pakai sedotan segala 😁😁
BalasHapusAsal jangan dminum sebotolnya atau sekalengnya ajah ya kak jehehe
BalasHapusCerita yang menarik sekaligus mengkisahkan tentang kebersihan lingkungan dalam memerangi sampah plastik..
BalasHapusJadi intinya bukan plastiknya yang harus dimusnahkan sebenarnya..Tapi ulah manusianya yang jorok yang membuang sampah bukan pada tempatnya..
Karena kebutuhan plastik akan terus meningkat sampai kapanpun..Intinya kembali kediri kita masing2 untuk tidak membuang sampah sembarangan serta pencemaran tanah..😄😄
Cerita yang menginspirasi.
BalasHapusMiris kalau lihat pemandangan dipenuhi banyaknya limbah plastik dimana-mana.
Padahal kita semua tau, plastik membutuhkan puluhan tahun sampai bisa terurai ditanah.
makasih kak informasinya...
BalasHapusmampir ke blog ana juga yaa
Waw, mengemas pelajaran penting dengan sebuah cerita. Menarik banget. Sedari kecil aku udah dibiasakan untuk buang sampah pada tempatnya dan juga udah diajarkanuntuk bisa membedakan mana sampah yg bisa diolah kembali dan mana yg tidak. Yah papa cukup ketat soal pengelolaan sampah ini. Dan lebih memudahkan bagi bapak2 / ibu2 yg jemput sampah di rumah juga kan.
BalasHapusDan selain itu kalo belanja aku juga bawa tas sendiri jadi gak pake bungkus dari toko2. Ke mall pun saat midnight sale aku bawa tas belanja sendiri. Sebenernya bukan tas belanja sih, itu tasnya ibox yg besar itu tak pake utk jadi tas belanja :D Masih kurang banget mbak di jaman sekarang ini yg mau menyadari dan mau inisiatif utk tidak menggunakan tas plastik dari toko dengan alasan lupa. Padahal itu merupakan hal yg cukup mudah, ya tinggal dilipat dan disimpan di tas aja. Kan jadi gak ada alasan lupa lagi. Toko2 pun banyak yg masih menggunakan tas plastik.. dengan alasan, ngabisin stok tas plastik di tempat mereka supaya gak sia-sia.. kan udah bikin. Haha. Ya gimana tuh kalo udah gitu.. mereka juga gak mau rugi 😄
Yes, mending minum langsung dari gelasnya sih daripada pake sedotan plastik :') #ketemplak
BalasHapusAku juga lebih sreg negul.langsing daripada pakai sedotan, kak.
BalasHapusTerkecuali 'kepepet 'keadaan seperti sedang berada di kafe.
saya sendiri masih kewalahan mendisiplinkan anak di Sekolah, agar membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Padahal sudah ada tulisannya, tapi ya namanya anak.. sebagai guru harus tetap memberi nasihat baik buat anak didik kita
BalasHapus