Kinayah : keriting di salon!

Semarang, awal tahun 80'an


Seperti biasa hari ini Kinay pulang sekolah bersama Icha dan Yanti, kemudian mereka berpisah begitu Kinay sampai di depan rumahnya.

" Jangan lupa nanti sore kita sepedaan ya " kata Kinay sambil memasuki rumah.
" Ya. Jam empat Nay, jangan terlambat " sahut Yanti.
" Iya jam empat, aku ingat "

Kinay masuk rumah dan meletakkan tasnya di meja. Ibu tidak ada. Deni juga entah kemana. Tidak biasanya ibu meninggalkan rumah saat Kinay pulang sekolah. Biasanya pada jam-jam kepulangannya ibu sedang berada didepan kompor dan sibuk melakukan sesuatu, entah itu menggoreng atau memasak. Jangan-jangan ibu sedang ke sumur untuk mencuci? Entahlah.

Tetapi tetap saja Kinay penasaran. Kemudian setelah berganti baju, dia segera keluar rumah untuk mencari keberadaan ibu. Belum jauh dia berjalan, dilihatnya banyak ibu-ibu sedang berkerumun didepan rumah bulik Nik, salah satu tetangganya. Dan ibu berada disana juga, Kinay segera menghampiri.

Ada sekitar enam atau tujuh ibu-ibu yang sepertinya sedang mendengarkan seseorang yang tampak berbicara di tengah kerumunan. Seorang wanita seumuran ibu tetapi lebih gemuk dengan rambut pendek dan suaranya keras. 

Tetapi Kinay tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan wanita itu karena para ibu yang mengerumuninya juga ikut-ikutan berbicara satu sama lain. Suara mereka bersahut-sahutan dan secara bersamaan. Seperti suasana di pasar tradisional.

Kinay menarik baju ibu seolah memberitahu bahwa dia telah pulang sekolah. Dia juga mengisyaratkan bahwa telah waktunya jam makan. Namun ibu hanya memalingkan wajah sebentar kearahnya sambil berkata 'sebentar' kemudian kembali asyik mengikuti pembicaraan.

Kinay mundur selangkah. Dia tahu harus menunggu sampai obrolan itu selesai, kemudian baru bisa mengajak ibu pulang. Akhirnya Kinay memutuskan untuk balik badan dan kembali berjalan menuju rumah, dia merasa lebih baik menunggu ibu di rumah saja daripada harus berdiri mematung disana. Melelahkan.

Beberapa menit kemudian ibu sampai di rumah.
" Nay kamu ibu daftarkan keriting ya? Katanya kamu ingin keriting kan? "

Kinay menoleh tak mengerti, " Maksud ibu? "
" Tadi ada orang kesini, namanya bu Santi. Dia itu pemilik salon yang baru buka diujung tikungan sana " tangan ibu menunjuk kesuatu arah. Kinay mengangguk.

" Beberapa waktu yang lalu bu Santi menerima beberapa orang murid untuk kursus di salonnya. Kursus itu belajar. Ada yang belajar potong rambut, cuci dan keriting. Kebetulan saat ini waktu kursusnya sudah selesai, tinggal ujian praktek saja.

Ujian praktek itu, murid-murid yang kursus tadi harus menunjukkan hasil belajarnya selama ini. Yang belajar potong rambut ya harus bisa, begitu pula yang belajar keriting. Nanti hasilnya dinilai.

Nah tadi bu Santi menawari ibu-ibu disini ada nggak yang mau rambutnya dipotong dan dikeriting. Yang melayani murid-muridnya yang akan ujian praktek itu. Tapi nggak bayar, enak kan. Kapan lagi kita bisa ke salon tanpa bayar?

Terus ibu ingat waktu itu kamu kan pernah bilang kalau ingin punya rambut keriting, jadi ibu daftarkan sekalian kamu untuk keriting " jelas ibu menirukan apa yang tadi telah disampaikan bu Santi.

" Keriting yang seperti mbak Nur kan bu? Aku mau tapi keritingnya yang seperti mbak Nur " sahut Kinay senang.
" Ya nanti tinggal bilang saja sama mbaknya kalau keritingnya yang seperti mbak Nur "

" Asyik, kapan bu? "
" Besok hari Sabtu siang, nanti begitu kamu pulang sekolah kita langsung berangkat "

Hari Sabtu, itu artinya dua hari lagi. Kinay senang sekali. Dia memang sudah sejak lama ingin punya rambut keriting seperti mbak Nur. Mbak Nur adalah tetangga Kinay juga. Mbak Nur sudah bekerja dan setiap berangkat dan pulang kerja selalu melewati depan rumah Kinay. Mbak Nur orangnya ramah, dia akan menyapa Kinay bila sedang berpapasan. Saat itulah Kinay mulai memperhatikan rambut mbak Nur yang keriting indah.

Rambut mbak Nur sepanjang pundak. Bagian atasnya lurus biasa tapi bagian bawahnya yang tepat menyentuh pundak keriting bergelombang. Kinay ingin sekali mempunyai rambut seperti itu.


Ilustrasi sumber Google

Selama ini Kinay sering juga bermain keriting-keritingan bersama teman-teman. Sebagai alat pengeriting mereka menggunakan tangkai daun singkong. Caranya mengeritingnya adalah ambil sedikit rambut kemudian gulung  menggunakan tangkai daun singkong yang panjangnya rata-rata duapuluh centimeter itu. Gulung keatas mendekati kepala kemudian kedua ujung tangkai dikaitkan satu sama lain supaya terkunci dan rambut tidak mudah lepas.

Kinay dan teman-temannya akan membiarkan gulungan-gulungan itu dirambut mereka sampai beberapa saat lamanya, kira-kira selama seperempat atau setengah jam. Dan ketika gulungan-gulungan tersebut dibuka, tadaaaa rambut mereka telah berubah menjadi keriting bergelombang. Mereka bersorak  dan tertawa saling memamerkan  bentuk rambut masing-masing.

Namun keriting itu tidaklah bertahan lama, paling-paling sampai sore hari apalagi kalau kemudian rambut dibasahi pasti langsung kembali ke bentuk asli. Ah, sayang ya padahal menggulungnya lama sekali.

Tetapi mulai hari Sabtu besok Kinay tidak perlu lagi melakukan itu, karena rambutnya akan dikeriting sungguhan, sehingga tidak akan hilang sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan.

****

Hari Sabtu yang dinanti itu akhirnya tiba juga. Sepulang sekolah Kinay sudah ditunggu ibu untuk segera bersiap-siap menuju salon bu Santi. Kinay berangkat bersama ibu dan beberapa tetangga menuju salon yang dimaksud. Mereka berjalan kaki saja karena jaraknya tidak begitu jauh.

Sesampai di salon, mereka sudah ditunggu oleh bu Santi dan beberapa muridnya. Kinay dan ibu langsung diminta duduk ditempat yang telah disediakan. Ada beberapa kursi yang berjajar menghadap cermin besar. Kinay duduk disalah satu kursi itu bersebelahan dengan ibu.

Seorang murid bu Santi mendekati Kinay, " Keriting ya dik? " tanya mbak itu sambil mulai melilitkan selembar kain menutupi badan Kinay dan hanya menampakkan bagian kepala saja.

" Iya keriting yang seperti mbak Nur, ya mbak " kata Kinay mejelaskan model keriting yang diinginkannya.

" Itu lho mbak, keriting yang bawahnya saja " ibu membantu menjelaskan lebih terperinci.

Mbak itu hanya tersenyum. Kemudian mulai menjalankan ujian prakteknya. Pertama rambut Kinay dibasahi kemudian dipotong sedikit. Katanya supaya rambutnya rapi sehingga nanti hasilnya bagus. Kinay menurut saja, apapun terserah yang penting nanti hasilnya seperti keritingnya mbak Nur, begitu batinnya.

Kemudian alat-alat untuk membantu proses pengeritingan mulai dikeluarkan. Yang paling mencolok adalah alat berbentuk rol, seperti rol rambut tetapi lebih kecil dan ramping. Kemudian rol-rol itu mulai dipasang di rambut Kinay satu persatu. Caranya rambut Kinay diambil sedikit kemudian dimasukkan kedalam rol dan digulung kearah dalam sampai mentok menyentuh kepala. Begitu seterusnya sampai semua rambut Kinay habis tidak tersisa. Sekarang ada belasan rol yang tergantung dikepalanya.

Namun ada hal membuat Kinay tidak suka yaitu bau obatnya. Baunya sangat menyengat tidak enak, membuat perut mual seakan mau muntah. Berkali-kali Kinay melihat kearah ibu seolah mengadu. Dan ibu tahu itu, namun ibu hanya memberikan kalimat hiburan sekedar untuk menenangkan.

" Nggak apa Nay, sebentar lagi selesai kok " kata ibu berkali-kali.

Tetapi tidak sebentar, melainkan beratus-ratus bentar kemudian. Kinay sudah tak sabar, " Berapa lama lagi, bu? "

Ibu yang rambutnya hanya dipotong sudah selesai, dan kini berusaha menenangkan Kinay yang sedari tadi gelisah.

" Mengapa lama sekali bu? Aku sudah tidak tahan, baunya nggak enak " Kinay mulai merengek, matanya berkaca-kaca.

Ibu akhirnya diam saja, mungkin agak resah dengan sikap Kinay yang tidak bisa menahan sabar. Meskipun ibu juga mengakui dalam hati, bahwa bau obat itu memang mengganggu sekali. Tapi apa boleh buat.

Setelah kurang lebih satu jam lamanya Kinay tersiksa dengan bau obat keriting yang sangat menyengat itu, akhirnya sampai juga waktunya untuk melepas gulungan rol yang ada dikepala Kinay. Ibu bernafas lega. Kinay mulai tenang dari kegelisahannya. Rol itupun dilepas satu persatu. Sampai habis.

Tappiiiiiii ada yang salah kelihatannya. Rambut Kinay tidak berubah keriting seperti yang diharapkannya, bukan keriting seperti rambut mbak Nur, yang hanya bergelombang dibawah saja. Melainkan keriting kecil-kecil dan mengumpul dibagian atas kepala. Itu namanya keriting kribo!

" Huuuaaaa! Ibuuuuu! Aku nggak mau rambutku seperti iniiii! " Kinay menangis sejadi-jadinya.


Ilustrasi sumber Google

Kinay marah dan kecewa, berkali-kali dia menyalahkan ibu sambil terus menangis tiada henti. Tentu saja ibu tidak bisa berbuat apa-apa. Ada rasa kasihan dan penyesalan dalam diri ibu, tetapi sekali lagi apa yang bisa dilakukan?

" Ibu kembalikan rambutku yang tadi, aku nggak mau rambut kribo, aku malu buuu " Kinay terus menangis, " Aku nggak mau sekolah sampai rambutku kembali lagi, huuuuaaaa!! "

Sepanjang perjalanan pulang Kinay terus menangis sambil memohon pada ibu supaya rambutnya dikembalikan seperti semula. Segala bujuk rayu dari ibu dan para tetangga tidak ada gunanya. Kinay terus menangis dan menangis.

****

Sesampai di rumah Kinay langsung mengeramasi rambut kribonya. Dia berharap dengan dikeramas rambutnya akan cepat kembali lagi seperti semula. Ibu membiarkan saja meskipun tahu bahwa itu pekerjaan yang sia-sia. Setiap mandi pagi dan sore Kinay selalu mengeramasi rambutnya dan berharap rambut kribo itu akan luruh dengan cepat. Tapi nyatanya rambut itu masih menggerumbul diatas kepalanya.

Hari Senin Kinay benar-benar tidak masuk sekolah karena malu dengan rambut kribonya. Malu karena pasti nanti akan diolok-olok oleh teman-temannya. Sebenarnya ibu sudah membujuk supaya Kinay mau masuk sekolah, tetapi Kinay benar-benar telah marah. Dia benci dengan rambutnya sekarang, dia benci dengan mbak salon yang telah salah menterjemahkan permintaannya. Dia benci semuanya.

Sepulang sekolah Erma, Yanti dan Icha datang ke rumah Kinay untuk membujuknya supaya besok mau berangkat sekolah. Mereka berusaha menghibur Kinay dengan mengatakan bahwa rambut baru itu tidak terlalu jelek atau terlihat memalukan. Mungkin awalnya akan terasa aneh tetapi lama-lama akan terbiasa. Lagipula sampai kapan Kinay akan menyembunyikan? Apakah harus menunggu dulu berbulan-bulan kemudian sampai rambutnya kembali seperti semula? Lalu bagaimana dengan sekolahnya? Kinay pasti akan tinggal kelas apabila terlalu lama meninggalkan sekolah.

Akhirnya Kinay sadar. Semuanya sudah terjadi dan tidak bisa ditarik atau diulang. Memang baginya ini sangat memalukan tetapi dia harus menghadapi. Sudah pasti besok teman-teman akan mengoloknya. Teman-teman akan mentertawakan bentuk baru rambut kribonya.  Namun sampai kapan? Sampai kapan teman-teman akan terus mentertawakannya? Satu minggu, satu bulan atau satu tahun? Karena suatu saat mereka akan jenuh dan bosan. Dan semuanya akan kembali normal. Kinay hanya perlu menunggu waktu itu tiba.

Lagipula ada kemungkinan setiap orang pasti suatu saat nanti akan mengalami kejadian yang sangat memalukan juga, hanya waktunya entah kapan. Dan apabila Kinay akan mengalami lagi nanti, dia tidak akan terkejut karena sudah pernah merasakan. Dia sudah tahu bagimana menghadapinya sehingga tidak panik dan kebingungan.

Kinay berjanji besok akan kembali berangkat ke sekolah. Apabila ada teman yang mengoloknya, dia akan diam saja. Dan apabila bertemu seseorang yang memandang aneh pada rambut kribonya dia hanya perlu melotot kearah orang itu sambil berkacak pinggang sembari berkata, " Apa lihat-lihat?! "


Ilustrasi sumber Google





Komentar

  1. Kinay, rambut kribo itu cantik kok. Kalau ada yang mengolok, berarti ia belum tahu kalau kribo itu cantik, bahkan keren :)

    BalasHapus
  2. rambut keriting bagian ujung itu kami menyebutnya keriting gantung Mbak Anjar dan waktu saya SMP model rambut keriting seperti itu yang paling banyak digemari :)
    saya dulu sempat pengen punya rambut seperti itu tapi karena mama melarang jadinya batal deh ke salonnya..

    pesan moral dari cerita kinai kali ini adalah harus bersyukur dengan apa yang kita punya yah Mbak, sekaligus mengajarkan bahwa tidak semua yang kita harapkan itu bisa diwujudkan :)

    BalasHapus
  3. Kinay sebenarnya rambut keribo iu cantik dan unik sekali, pertahankan saja kinay :) artikelnya bagus sekali mbak ...

    BalasHapus
  4. Hi..hi, seandainya saya Kinay...pasti bakalan sama....malu. Abis, maunya kan kriting gantung... Eh, tapi ada juga sih yang kribo gitu cakep... :-)

    Btw..kinay kecil kok sama kayak bude dulu pas kecil..ngritingnya pke batang singkong...

    BalasHapus
  5. Hi..hi, seandainya saya Kinay...pasti bakalan sama....malu. Abis, maunya kan kriting gantung... Eh, tapi ada juga sih yang kribo gitu cakep... :-)

    Btw..kinay kecil kok sama kayak bude dulu pas kecil..ngritingnya pke batang singkong...

    BalasHapus
  6. Hi..hi, seandainya saya Kinay...pasti bakalan sama....malu. Abis, maunya kan kriting gantung... Eh, tapi ada juga sih yang kribo gitu cakep... :-)

    Btw..kinay kecil kok sama kayak bude dulu pas kecil..ngritingnya pke batang singkong...

    BalasHapus
  7. Duuuh...
    itu mbak salonnya aja suruh balikin lagiii...
    Kasian Kinay..
    Tapi bener banget. Walaupun ada yg ngolok-ngolok, tapi sampai kapan mau ngolok-ngolok? Sehari? Seminggu? Setahun? Ah, nanti juga bosen sendiri!
    Suka banget tuh moral message yang itu :D

    BalasHapus
  8. rambutnya lhooo mupeng kritingnya malah seneng aku, rambutku lurus jadi terkesan tipis

    BalasHapus
  9. Ya ampun. Xixixix, sudah bisa ditebak ceritanya. :D

    BalasHapus
  10. hi..hi..lucu ya mbak ceritanya..

    BalasHapus
  11. Saya dulu waktu kecil juga mupeng rambut keriting, sesekali saja. Jadinya rambut saya kepang mulu berharap bs keriting, iya bisa sdkt keriting tp gak sampe 10 menit sdh normal lagi.

    Semangat kinay, sesekali tampil beda itu asyik kok.

    BalasHapus
  12. jadi inget waktu kecil dulu. sama kayak kinay, pengennya keriting ikal mayang gitu, akhirnya keriting jadinya ga jelas. mana obat keritingnya bau. haha. itu kinay mirip saya banget. saya dulu pakenya batang singkong dibiarin semaleman dibawa tidur, biar ikalnya bertahan lamaan. xixi.

    BalasHapus
  13. rambut jadi identik panggilan seseorang.dulu ada teman rambutnya kribo dipanggil kribo,pas direbonding dibilang kribomualaf :)hhihihihi

    BalasHapus
  14. Okeh muantappp mbak tapi saya laki laki dan saya gak bisa di begituin, ahi hi hi.

    BalasHapus
  15. Hihihi.
    jaman aku kecil dulu (aku lahir th 87) juga masih ngetrend rambut keriting.
    sama temen2 sering keritingin rambut pake rol atau pakai pelepah daun singkong :P

    BalasHapus
  16. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Tshirt Dakwah Quote

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Penggoda dan Penghianat Itu Tidak Akan Pernah Bahagia

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minum Langsung Dari Gelasnya

Kinayah : Kartinian