Semburat jingga jelang senja

Hani masih saja terpaku menerawang bisu, memandang dari balik jendela kamarnya. Sore ini beberapa menit sebelum senja, dia masih berharap Bayu akan datang memenuhi janjinya. Sebuah janji yang sudah pasti tidak akan pernah tertepati. Waktu tiga tahun yang telah mereka jalani tanpa arti.




Tiga hari yang lalu Hani mendapat berita itu dari Yuli sahabat sekaligus rekan kerjanya, bahwa Bayu telah menetapkan pilihan. Kepada Desi, seorang gadis cantik lagi kaya yang telah menjadi pilihan orang tuanya. Sebenarnya Hani sudah memperhitungkan hal itu, tetapi dia masih berharap bahwa pada detik-detik terakhir Bayu masih sanggup memperjuangkan cinta mereka. Dengan menentang kehendak orang tuanya kemudian membawanya ke suatu tempat yang jauh dan asing dimana tidak ada seorangpun yang mengenali mereka. 

Saat itu Hani masih berharap bahwa Bayu akan menghunus pedang sambil berdiri didepannya dan akan menebas siapapun yang menghalangi langkah mereka. Dia berharap Bayu akan selalu melindunginya dari gangguan orang-orang yang tidak menyetujui hubungan mereka. Namun kenyataan telah mengatakan sebaliknya.

Bayu lebih memilih kemuliaan dan kenyamanan dari pada cinta mereka. Bayu tidak sanggup menolak segala fasilitas yang ditawarkan. Sebab jika Bayu tetap mempertahankan cinta sejati mereka maka hidupnya akan biasa-biasa saja tanpa fasilitas apa-apa. 

" Lupakan Han, Bayu itu pengecut. Bahkan untuk memutus hubungan denganmu saja dia meminta tolong aku untuk menyampaikan. Dia tidak layak kau tangisi. Baguslah jika pada akhirnya dia menikah dengan gadis lain, karena lelaki seperti itu tidak pantas untukmu. Sekarang hapus air matamu dan enyahkan jauh-jauh bayangannya dari pikiranmu "

Hani segera menghapus air matanya. Kata-kata Yuli masih jelas terngiang ditelinganya. Mungkin Yuli benar, bahwa Bayu adalah lelaki yang selama ini tidak pantas mendapatkan cintanya. Baiklah, ini air mata terakhirku untukmu Bayu, penantianku untukmu telah berakhir, batin Hani sambil perlahan-lahan menutup jendela kamarnya. Sementara senja telah benar-benar jatuh.

Tiga bulan kemudian sepertinya Hani sudah mulai bisa melupakan Bayu, karena dia mulai bersedia menjawab pesan dari Satrio meskipun dengan jawaban yang singkat-singkat saja. Satrio, seorang pemuda teman lama Yuli yang sejak dua bulan lalu berusaha melakukan pendekatan kepada Hani. Yuli yang mengenalkan mereka dan berharap mereka bisa bersahabat baik bahkan lebih dari sekedar sahabat. Satrio memahami Hani sepenuhnya dari cerita Yuli. Memahami dan mengerti benar dibalik sikap Hani yangmengacuhkannya selama ini. Sikap seorang gadis yang baru saja patah hati.

Pelan tapi pasti kesabaran Satrio telah menimbulkan kenyamanan pada diri Hani. Meskipun mereka belum pernah bertemu lagi sejak dikenalkan pertama kali oleh Yuli. Hani selalu menolak untuk bertemu bahkan ketika Satrio sekedar ingin mampir kerumahnya. Belum saatnya. Dia hanya baru merasa nyaman saja dan itu belum mengartikan apa-apa. Belum mengubah segalanya. Belum.

Bahkan ketika bulan berikutnya Satrio pamit akan bertugas ke Balikpapan selama beberapa minggu, Hani menjawab pesannya dengan satu kata: Ok. Dan jawaban itu membuat Yuli merasa perlu menegurnya.

" Lalu aku harus menjawab apa, Yul? Hati-hati ya sayang, cepat pulang ya, aku akan sangat merindukanmu. Begitu maksudmu? Hahaha "

" Baiklah kau masih bisa tertawa sekarang karena Satrio masih terlalu sabar untuk mengerti keadaanmu. Tapi hati-hati, disana dia bisa bertemu dengan siapa saja dan seandainya hal itu terjadi dan sikapmu masih seperti ini, percayalah dia tidak akan menghubungimu lagi "

Entah mengapa kata-kata Yuli yang terakhir itu sangat mengganggu pikiran Hani. Benarkah demikian? Apakah kesabaran Satrio pada akhirnya akan terkikis pelan-pelan karena sikap acuhnya? Diam-diam Hani merasa khawatir.

Dan efeknya sangat tajam. Seketika sikap Hani berubah berlipat-lipat, bahkan dia sudah mau mengangkat telepon dari Satrio setelah sebelumnya tak pernah hirau. Pun ketika Satrio kembali ke Semarang, dan akan berkunjung kerumah, Hani tidak keberatan.



Hani memandang pintu gerbang dari jendela kamarnya yang menghadap ke halaman, sambil berdebar-debar menunggu Satrio yang berjanji akan datang. Langit diufuk hampir merona jingga, menunggu senja. Dan Satrio menepati janjinya. Sampai detik ini Satrio adalah penepat janji sejati.

" Aku tidak akan lama-lama karena sebentar lagi petang, hanya menitipkan sedikit oleh-oleh saja untukmu dan ibu "

" Baiklah tapi minum dulu kopimu "

Tetapi ketika Satrio berpamitan, ibu menahannya sebentar karena Maghrib telah menjelang dan menyarankan untuk melaksanakan sholat disana sekalian. Satrio tak kuasa menolak atau mengelak. Dia menjadi imam dalam sholat sementara dibelakangnya Hani dan ibu patuh mengikuti setiap gerakan sholatnya dan mengamini setiap akhir bacaan Al Fatihahnya.

Bagi Hani ini adalah sholatnya yang paling tidak khusuk, yang selalu bergetar dan berdebar dalam setiap gerakan. Bahkan dia selalu menunduk, tidak kuasa memandang lelaki yang ada didepannya meskipun itu hanya punggungnya saja. Astaghfirullah hal adzim, ya Allah maafkan aku, batinnya sendu.



Beberapa bulan kemudian ketika Satrio berkesempatan datang lagi ke rumah Hani, dia merasa saat inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaan dan tujuan hidupnya. Dia menanyakan apakah Hani bersedia menjadi pendamping hidupnya. Dia ingin menikah secepatnya karena usianya tak lagi muda. Selain itu pekerjaannya juga sudah mapan, dia sudah punya rumah kecil dan juga tabungan. Dengan semua pertimbangan itu Satrio menawarkan kepada Hani sebuah masa depan. Satrio tidak ingin membangun hubungan tanpa tujuan.

Sejenak Hani terdiam. Dia sadar tak ada lagi alasan untuk menolak laki-laki yang sangat pengertian dan penyabar seperti Satrio. Usia mereka memang terpaut sepuluh tahun, tapi itu bukan halangan. Kata ibu hanya Satrio yang bisa mengerti dan memahami semua keinginan Hani. Satrio juga bisa menggantikan posisi ayah Hani yang telah lama berpulang.

Tiba-tiba suara notifikasi di hp Hani berdenting pelan. Hani seketika meraih hpnya mencoba mengalihkan perhatian Satrio yang sedari tadi menatapnya tajam penuh pengharapan.

Pesan itu jelas tertulis : Han aku ingin bertemu denganmu secepatnya, penting. Dari Bayu!

Keringat dingin membasahi kening Hani seketika. Dia hampir tak percaya Bayu akan mengirim pesan padanya di saat seperti ini. Dan tiba-tiba Hani memutuskan untuk menunda jawabannya pada Satrio. Keputusan yang tidak terpikir sebelumnya.

Tiba-tiba saja Hani merasa bahwa keinginannya untuk bertemu Bayu melebihi kepentingan lainnya. Bukan tanpa alasan Hani ingin menemui Bayu. Dia sudah mendengar berita itu sejak satu bulan yang lalu. Bahwa saat ini rumah tangga Bayu dan Desi sedang berada diujung tanduk. Pertengkaran demi pertengkaran hampir setiap hari mewarnai hubungan mereka. Bahkan kabar terakhir yang didengarnya Bayu telah diusir dari rumah mewah yang selama ini mereka tempati.

Diam-diam Hani masih berharap bahwa Bayu akan meninggalkan Desi dan kembali padanya, cinta sejatinya. Dia berfikir bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dia akan dengan rela memaafkan Bayu tanpa syarat. Dia bahkan tidak mendengarkan lagi teriakan Yuli dan kekecewaan ibu ketika melarangnya pergi. Hani tetap menemui Bayu disuatu siang disebuah cafe ditengah kota. Harapannya membuncah penuh gairah. Meninggalkan Satrio begitu saja dengan berjuta luka.

Hani begitu yakin bahwa Bayu akan kembali padanya dan segera membawanya pada mahligai bahagia seperti harapannya semula. 



Bayu telah menunggunya. Lelaki tampan dan gagah yang selama ini ternyata tidak mudah dia lupakan. Kekasihnya yang selama ini hilang telah kembali datang. 

Selama mereka menikmati makanan tidak banyak yang dibicarakan hanya basa-basi sekedarnya. Dan setelahnya Bayu mulai mengutarakan maksud sebenarnya.

" Han kau pasti sudah mendengar tentang kondisi rumah tanggaku saat ini kan? Kami sering bertengkar hebat akhir-akhir ini. Dan peyebabnya adalah karena aku masih menyimpan ini " Bayu meletakkan sebuah cincin dihadapan Hani. Cincin ini dulu mereka beli sepasang dan masing-masing mereka simpan sebagai bukti cinta sejati. Hani bahkan masih memakainya hingga detik ini.

" Maaf Han, aku tidak bisa menyimpannya lagi. Aku juga tidak mungkin membuangnya jadi kuputuskan untuk mengembalikan padamu. Simpanlah atau mau kau apakan terserah. Desi masih memberi kesempatan padaku untuk kembali asal cincin ini tidak lagi kusimpan. Sekali lagi maafkan aku Han "

Hani ingin berteriak keras-keras sambil menghembaskan tubuhnya kedasar samudera, dimana tidak ada manusia yang akan mentertawakannya.



Ditempat lain Yuli menerima pesan dari Satrio : Yul minggu depan aku akan ke Balikpapan dan mungkin akan menetap disana. Aku sudah menyerah mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Aku yakin suatu saat nanti akan menemukan seorang gadis yang akan mencintaiku dengan tulus tanpa belenggu masa lalu. Aku tidak sanggup lagi menemui Hani setelah apa yang telah dia lakukan padaku. Tidak selamanya cinta itu buta kan Yul, pada satu titik tertentu cinta harus disertai logika. Terima kasih selama ini kau telah menjadi sahabat terbaikku.



Hani memandang pintu gerbang dari jendela kamarnya, berharap Satrio akan datang dan memaafkan kesalahannya. Dia yakin bahwa suatu hari nanti Satrio pasti akan datang dan kembali menawarkan masa depan yang bahagia. Tetapi harapannya kali ini salah. Hani telah dengan telak menikam perasaan lelaki baik itu. Hani benar-benar telah kehilangan sekarang karena Satrio tidak akan pernah datang lagi untuknya. Tidak akan pernah untuk selamanya.

Diufuk sana semburat jingga menandakan hari menjelang senja. Suara adzan maghrib segera terdengar memecah jagat raya.

Komentar

  1. asyik-asyik-asyik, akhirnya kolom komentarnya dibuka juga :)

    penyesalan memang datangnya belakangan yah Mbak Anjar, semoga suatu hari nanti Hani mendapatkan laki-laki impiannya..

    BalasHapus
  2. Semoga beruntung yah mbak. salam kenal.

    BalasHapus
  3. ih bagus ceritanya mbak..klo aku jadi hani ya milih mas Satrio aja yang udah mapan...tp lagi lagi cinta itu buta alias love is blind he..he

    BalasHapus
  4. Udah terlanjur ya jadi pasti nyesel banget hiks

    BalasHapus
  5. Ahhh hal kaya' gini nih yang selalu bikin cewek nyeselll

    BalasHapus
  6. alhamdhulilah akhirnya bisa juga mampir ke blognya mbak anjar. udah sejak dulu mo mampir entah kenapa ga bisa masuk terus. semoga menang mbak..bagus ceritanya :)

    BalasHapus
  7. kasihan deh hani...
    smoga satrio bertemu dg tambatan hatinya
    dan
    semoga menang ya mbk, cakep ceritanyaaaaa

    BalasHapus
  8. Bagus ceritanya, bisa menginspirasi pembaca nih, mbak. Berkaca dari cerita gini yg kadang bisa membuka mata para gadis ketika mengalami love is blind.

    Good luck yaa, sukses terus aamiin

    BalasHapus
  9. Penyesalan selalu dtg di akhir :(

    BalasHapus
  10. Bagusss mbak cerpennya...sukaa bacanya. Banyak kok perempuan seperti Hani... Jadi cerpennya realistis

    BalasHapus
  11. Wah..makjleb cerpennya. Penyesalan memang ngga pernah datang duluan ya mak.

    BalasHapus
  12. Akhirnya, nggak dapat sana nggak dapat sini, ya :)

    Terimakasih sudah berpartisipasi :)

    BalasHapus
  13. penyesalan yang datang terlambat ya, good luck ya mbak

    BalasHapus
  14. Bagus banget mb Anjar...jadi membayangkan rasanya jadi Hani, yang akhirnya tidak mendapatkan cinta siapapun..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minum Langsung Dari Gelasnya

Kinayah : keriting di salon!

Kinayah : Kartinian